Kendo, “jalan pedang”, adalah seni bela diri yang dikenal dengan helm (men) dan pelindung bogu yang berat. Di balik perlengkapan yang terlihat garang itu, ada kisah-kisah nyata tentang perjuangan dan persahabatan yang tak terhingga. Dojo (tempat latihan) kendo di Indonesia bukan hanya arena pertarungan, melainkan juga tempat di mana ikatan batin terbentuk, jauh melampaui pukulan dan teriakan (kiai).
Perjuangan dimulai dari nol. Para pemula harus menghadapi latihan fisik yang berat, termasuk ayunan pedang (suburi) ribuan kali. Namun, mereka tidak berjuang sendirian. Senior di dojo selalu siap membimbing, mengoreksi, dan menyemangati. Di sinilah persahabatan tumbuh, dari rasa saling membantu dan mendukung dalam menguasai setiap gerakan.
Rasa hormat adalah inti dari setiap latihan. Di dojo, tidak ada senioritas yang arogan. Yang ada hanyalah rasa hormat yang tulus kepada semua praktisi, terlepas dari tingkatannya. Sikap ini menciptakan lingkungan yang positif dan suportif, di mana setiap orang merasa nyaman untuk belajar dan berkembang.
Meskipun dalam pertandingan mereka adalah lawan, di luar arena mereka adalah teman. Setelah pertarungan yang sengit, mereka akan saling membungkuk, berjabat tangan, dan menganalisis kesalahan bersama. Ini adalah persahabatan yang dibangun di atas dasar saling menghormati dan sportivitas yang tinggi, menunjukkan bahwa persaingan tidak harus merusak hubungan.
Komunitas kendo di Indonesia juga sering mengadakan acara sosial di luar dojo. Mereka berbagi cerita, makan bersama, dan menghabiskan waktu bersama. Kegiatan ini mempererat ikatan dan menumbuhkan rasa kekeluargaan yang kuat. Bagi banyak orang, dojo adalah rumah kedua, dan praktisi lainnya adalah keluarga.
Di era digital, di mana banyak hubungan bersifat virtual, persahabatan di dojo adalah hal yang berharga. Hubungan yang terbentuk di sana adalah nyata, dibangun di atas keringat, air mata, dan rasa saling percaya. Ini adalah tempat di mana kita bisa menjadi diri sendiri dan mendapatkan dukungan.
Kisah di balik helm kendo adalah tentang ketangguhan dan kebaikan hati. Ia adalah pengingat bahwa di balik setiap perjuangan, ada persahabatan yang berharga. Kendo mengajarkan kita bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada pedang yang kita pegang, tetapi juga pada ikatan yang kita bangun.
Pada akhirnya, persahabatan di dojo adalah esensi sejati dari kendo. Ia adalah warisan yang jauh lebih berharga daripada medali atau piala. Ia adalah bukti bahwa melalui seni bela diri, kita dapat menemukan lebih dari sekadar kekuatan fisik, tetapi juga hubungan yang bermakna.
