Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, memiliki keragaman yang luar biasa, tidak hanya budaya tetapi juga dalam potensi intelektual. Laporan skor IQ nasional yang fluktuatif sering memicu pertanyaan mengenai disparitas antardaerah. Untuk memahaminya, kita perlu membedah Peta Kecerdasan berdasarkan wilayah. Pola sebaran skor ini cenderung berkorelasi kuat dengan indikator pembangunan manusia, terutama di sektor pendidikan.
Secara umum, wilayah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tinggi, seperti DKI Jakarta dan DI Yogyakarta, seringkali menunjukkan rata-rata skor IQ yang lebih tinggi. Hal ini tidak terjadi secara kebetulan. Kualitas pendidikan yang merata, akses kesehatan yang prima, dan dukungan gizi yang optimal merupakan faktor kunci. Mereka membentuk Peta Kecerdasan yang secara alami menempatkan provinsi-provinsi maju di posisi terdepan.
Kesenjangan terlihat jelas antara wilayah barat dan timur Indonesia. Banyak provinsi di wilayah timur, seperti Papua, memiliki tantangan besar dalam infrastruktur pendidikan dan kesehatan. Faktor gizi, khususnya masalah stunting, secara signifikan menghambat perkembangan kognitif anak usia dini. Hal ini menciptakan Peta Kecerdasan yang timpang dan memerlukan intervensi kebijakan yang lebih terfokus.
Meskipun data IQ per provinsi yang terperinci sulit diakses secara publik dan dikompilasi, tren ini sejalan dengan data IPM yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). IPM mengukur tiga dimensi penting: harapan hidup, pengetahuan, dan standar hidup. Tiga dimensi ini merupakan prediktor kuat dari lingkungan yang mendukung perkembangan potensi kognitif yang memengaruhi skor IQ.
Penting untuk diingat bahwa skor IQ hanyalah salah satu cermin potensi. Upaya untuk Meningkatkan Kecerdasan nasional tidak boleh hanya berfokus pada hasil tes, tetapi pada peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Inilah cara pandang strategis untuk mengelola Peta Kecerdasan yang sesungguhnya: memastikan setiap anak di Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama.
Strategi yang diperlukan adalah desentralisasi kualitas. Pemerintah daerah harus didorong untuk melakukan Pengembangan Wilayah yang tidak hanya fokus pada pembangunan fisik tetapi juga pada penguatan layanan esensial. Peningkatan fasilitas sekolah, penyediaan tenaga pendidik berkualitas, dan program gizi ibu dan anak di daerah 3T adalah prioritas utama.
Hasil survei IQ global yang menempatkan rata-rata nasional pada angka yang relatif rendah harus menjadi dorongan untuk bertindak, bukan hanya menjadi bahan perbandingan. Dengan mengenali tantangan pada Peta Kecerdasan antar wilayah, kita dapat mengarahkan sumber daya secara tepat untuk mengatasi disparitas yang ada.
Pada akhirnya, Peta Kecerdasan nasional harus diubah menjadi peta pemerataan kesempatan. Investasi yang konsisten dalam gizi dan pendidikan berkualitas di seluruh pelosok negeri akan memastikan bahwa potensi intelektual setiap generasi penerus bangsa dapat teraktualisasi secara maksimal.
